Masjid Agung An-Nur: Sejarah, Pendidikan, dan Arsitektur


Masjid Agung An-Nur
Masjid Agung An-Nur (Foto: Dok. Gemmy F)

Masjid Agung An-Nur yang terletak di tengah kota Pekanbaru memiliki sejarah menarik dan peran penting di Provinsi Riau. Berikut gambaran tentang awal pembangunan masjid, perannya dalam pendidikan, dan karakteristik arsitektur yang unik.

Pembangunan Awal

Pada tahun 1962, pemerintah Provinsi Riau merencanakan pembangunan Masjid Agung An-Nur atas instruksi dari Gubernur Provinsi saat itu, Kaharuddin Nasution, yang ingin memiliki masjid provinsi. Alasan utama di balik pembangunan masjid ini adalah karena pada saat itu belum ada masjid provinsi di Riau, khususnya setelah Kota Pekanbaru dijadikan ibu kota Provinsi Riau.

Ide pembangunan masjid pertama kali muncul pada tahun 1962, dicetuskan oleh Gubernur Provinsi Riau Kaharuddin Nasution, meskipun pembangunan fisik baru dimulai pada tahun 1963 sebagai bagian dari pembangunan infrastruktur perkotaan. Nama "An-Nur" dipilih setelah musyawarah antara pemerintah dan masyarakat Kota Pekanbaru, dengan H. Abd. Mutalib Amany mengusulkan dua nama, "Anwar" dan "An-Nur," dan akhirnya dipilih sebagai nama resmi masjid.

Proyek pembangunan masjid ini melibatkan partisipasi aktif masyarakat setempat dan awalnya dipercayakan kepada CV. Pelita Karya. Namun, mereka tidak dapat menyelesaikan proyek secara keseluruhan, sehingga CV. Sakijo mengambil alih pada tahun 1966 dengan pengawasan dari P.U Kota Pekanbaru. Masjid Agung An-Nur akhirnya selesai dibangun pada tahun 1968 dan diresmikan pada tanggal 27 Rajab 1388 H/19 Oktober 1968.

Pada tahun 1998, Gubernur Riau saat itu, Saleh Djasit, merespons permohonan pengurus masjid untuk melakukan renovasi. Renovasi tersebut berhasil menghidupkan kembali kemegahan Masjid Agung An-Nur. Bangunan masjid dan fasilitas pendukungnya diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 27 Rajab 1428 H/11 Agustus 2007, bersamaan dengan peringatan ulang tahun Provinsi Riau ke-50.

Peran dalam Pendidikan

Masjid Agung An-Nur tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pendidikan. Fasilitas pendidikan yang tersedia yaitu TK IT BPMA (Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Badan Pengurus Masjid Agung An-Nur) dan SD IT BPMA (Sekolah Dasar Islam Terpadu Badan Pengurus Masjid Agung An-Nur). Keduanya dilengkapi dengan fasilitas modern seperti ruang serbaguna, perpustakaan, dan akses internet nirkabel gratis.

Selain itu, masjid ini juga menyediakan program pendidikan non-formal, seperti majelis taklim dan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA). Majelis taklim adalah forum untuk ceramah agama yang rutin diadakan, sementara TPA bertujuan untuk membantu anak-anak dalam memahami dan menghafal Al-Qur'an.

Karakteristik Arsitektur

Arsitektur Masjid Agung An-Nur mencerminkan berbagai pengaruh budaya, termasuk Melayu, Arab, Turki, dan India. Meskipun memiliki kubah yang mencerminkan arsitektur Arab, masjid ini juga menampilkan elemen-elemen tradisional Melayu. Misalnya, motif ukiran kayu yang menghiasi mihrab mencerminkan seni ukir Melayu.

Gaya arsitektur Turki terlihat dalam penggunaan menara di keempat sudut bangunan yang menjulang tinggi. Meskipun awalnya terlihat terpisah, namun sebenarnya menara-menara ini adalah bagian integral dari desain keseluruhan, terhubung oleh selasar di sayap kanan dan kiri bangunan utama.

Bagian dalam masjid juga memperlihatkan harmonisasi antara unsur budaya Melayu dan Arab. Pengaruh budaya Melayu terlihat dengan jelas pada motif ukiran kayu yang menghiasi mimbar yang terletak di mihrab. Motif ini mencerminkan keindahan seni ukir tradisional Melayu yang kaya akan simbol-simbol dan detail yang rumit.

Sementara itu, pengaruh budaya Arab tercermin melalui elemen hias kaligrafi yang dihasilkan oleh Azhari Nur, seorang kaligrafer terkenal dari Jakarta, pada tahun 1970. Kaligrafi ini menghiasi dinding-dinding masjid dengan indahnya dan membawa makna-makna agama yang dalam. Karya kaligrafi ini menambahkan nuansa spiritual dan keindahan seni Islam ke dalam lingkungan masjid.

Dengan adanya perpaduan yang harmonis antara budaya Melayu dan Arab dalam desain dan dekorasi masjid ini, Masjid Agung An-Nur menjadi contoh yang memukau tentang bagaimana seni dan keagamaan dapat bersatu dalam keindahan yang menginspirasi.

Masjid Agung An-Nur adalah bukti perkembangan pesat Provinsi Riau dan semangat masyarakat Pekanbaru dalam membangun tempat ibadah yang mengagumkan. Selain sebagai landmark Kota Pekanbaru, masjid ini juga berperan sebagai pusat pendidikan dan mencerminkan berbagai pengaruh budaya dalam desain arsitekturnya. Masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat keberagaman dan pendidikan dalam masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar